Selasa, 22 Oktober 2013

Dibalik Turunnya Surat Al-Lahab

Bismillahirahmanirahim...

() يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ () مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ () سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ () وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ () فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ ()

Artinya:
“Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS Al Lahab : 1-5)

Surat AL-Lahab ini diturunkan karena berdasarkan suatu kejadian dimana terdapat seseorang yang menghalang-halangi da'wah Nabi Salallahualaihi wa salam. orang tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah paman nabi sendri yang bernama ‘Abdul ‘Uzza bin ‘Abdil Muthalib, kunyahnya Abu ‘Uttaybah. dialah yang disebut sebagai "Abu Lahab'. Julukan Abu Lahab diberikan kepadanya karena wajahnya yang merah. Selain itu karena ia akan dimasukkan ke neraka yang menyala-nyala yang memiliki lidah api yang dahsyat, seperti yang tertuang dalam Surat Al-Lahab pada ayat pertama.

Abu Lahab merupakan salah satu paman Nabi SAW yang termasuk kedalam salah satu paman nabi yang kafir. ketika nabi lahir, Abu Lahab sangat senang mendengar kabarnya, bahkan budak yang mengabarkannya pun langsung dibebaskan. Abu Lahab amat sayang pada Muhammad kecil, hingga ketika kakek nabi, Abdul Muthalib akan meninggal, Abu Lahab yang meminta untuk mengasuh Muhammad kecil. namun Abu Mutholib menjatuhkan hak asuh Nabi Muhammad kepada Abu Thalib. 

Hal itu berubah ketika Nabi Muhammad menerima wahyu. Abu Lahab menjadi orang yang paling depan memusuhi dan menghalang-halangi dakwah Rasulullah SAW. perlakuan Abu Lahab dalam menghalang-halangi da'wah Rasul tercatat dalam sebuah hadits shohihul Bukhori, yang berbunyi:

قال : لما نزَلتْ : { وأنْذِرْ عشِيرتَكَ الأَقْرَبِينَ } [ الشعراء : 214 ] صَعِدَ النبيُّ صلى الله عليه وسلم على الصَّفا ، فجعل يُنادي : يا بني فِهْرٍ ، يا بني عدِيّ – لِبُطونِ قُريشٍ – حتى اجتمعوا. فجعل الرجلُ إذا لم يستْطِعْ أَن يخرجَ أرسل رسولا ، ليَنْظرَ ما هو ؟ فجاء أبو لهبٍ وقُريشٌ ، فقال : أرأيْتَكُم لو أخبَرْتُكم أن خَيْلا بالوادي ، تُريدُ أن تغير عليكم ، أَكُنْتمْ مُصدِّقيَّ ؟ قالوا : نعم ، ما جرَّبنا عليكَ إلا صِدقا ، قال : فإِنِّي نذيرٌ لكم بين يديْ عذاب شديدٍ ، فقال أبو لهب : تَبّا لك سائرَ اليومِ ، أَلهذا جمَعْتنَا ؟ فنزلت { تَبَّتْ يدَا أبي لهبٍ وتبَّ ، ما أغني عنه مالُه وما كَسَبَ }.( سورة المسد : الآية2).
‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, ‘Ketika turun ayat ‘Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat’. (QS. Asy Syu’ara : 214). Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mendaki Bukit Shafaa, lalu beliau menyerukan panggilan/pengumuman, “Wahai Bani Fahr, wahai Bani ‘Adii” hingga mereka berkumpul sampai-sampai jika seseorang tidak dapat hadir maka mereka mengutus seorang utusan untuk mengetahui apa yang diumumkan. Lalu Abu Lahab dan seorang Quroisy datang. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, “Seandainya aku mengatakan ada sekelompok pasukan berkuda di sebuah lembah yang akan menyerang kalian. Apakah kalian akan mempercayai ucapanku ?” Lalu mereka menjawab, ‘Tentu kami percaya, tidaklah keluar dari lisanmu melainkan sebuah kejujuran’. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan kepada kalian sebelum Allah menimpakan adzab yang amat pedih”. Lalu Abu Lahab menjawab, ‘Sungguh celaka dirimu, apakah hanya untuk mendengarkan ini engkau mengumpulkan kami ?’ maka turunlah ayat, “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa (1). Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan (2)”(QS. Al Lahab [111] : 1-2)

Maka dari itu ia akan dikenakan siksa yang sangat berat dari Allah SWT. sehingga dua tangan yang terdapat pada ayat pertama surat Al-Lahab adalah menandakan bahwa 
karena tangannyalah yang digunakan untuk berbuat, bekerja, dan mengambil atau memberinya sesuatu.

Perlakuan Abu Lahab ini malah diikuti oleh istrinya sendiri yang bernama Arwa binti harb bin Umayyah atau disebut sebagai Ummu Jamil. Ia adalah salah satu pembesar wanita Quraisy. Dalam kesehariannya Ummu jamil sering membantu suaminya Abu Lahab dalam kekufuran, penentangan dan pembangkangan terhadap Rasulullah saw. Seperti pada ayat 4 surat Al-Lahab yang dimaksud sebagai pembawa kayu bakar yaitu dimana Ummu Jamil sering melakukan berbagai fitnah dan gosip, sehingga dia juga ikut terkena adzam seperti Abu lahab. dimana Ummu jamil dalam sebuah tafsir menyatakan bahwa maksud dari "حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ" adalah kalung dari api neraka yang panjangnya 70 hasta

perlakuan Abu Lahab dan istrinya itulah yang menyebabkan Allah menurunkan surat AL-Lahab yang menyebabkan Abu Lahab merasa dihina, kemudian menyuruh putranya yang menikah dengan putri Nabi SAW, untuk menceraikan isterinya.

Pada perang badar, keadaan saat itu sedang sakit. kemudian ia mengutus seseorang untuk menggantikannya perang, dengan imbalan hutang-hutangnya menjadi lunas. Setelah perang badar berakhir yang dimenangkan oleh pasukan kaum muslimin. keadaan Abu Lahab semakin memburuk karena penyakitnya. dikabarkan penyakitnya itu penyakit yang amat langka dan menjijikan. hingga akhirnya ia pun meninggal dalam keadaan hina, karena tidak ada yang mau mengurusi kematiannya hingga 3 hari dibiarkan begitu saja. hingga hari ketiga, saat hendak dikuburkannya pun di dorong begitu saja kemudian langsung dikuburkan.
besarnya dosa yang dilakukan Abu Lahab menyebabkan segala harta yang didapatnya menjadi tidak bermanfaat sedikitpun.

naudzubillahi min dzalik... Semoga kita tidak mengikuti jejaknya yang menghalang-halangi syiar islam. Sungguh amat sangat buruk perlakuan seperti itu. Hingga Allah benar-benar mengkhususkan firmannya kepada Abu Lahab.


Minggu, 20 Oktober 2013

Apa Arti Kehidupan Ini?

Sebagian orang mungkin bertanya; apa arti kehidupan ini? Kalau kita cermati akan banyak sekali jawaban untuk satu pertanyaan ini. Sebagian menjawab, bahwa kehidupan adalah uang. Sehingga setiap detik hidup ini yang dicari adalah uang. Artinya apabila dia tidak memiliki uang, seolah-olah kehidupannya telah hilang. Sebagian lagi menjawab, bahwa kehidupan adalah kedudukan. Sehingga setiap detik yang dicari adalah kedudukan. Sebagian lagi memandang bahwa kehidupan adalah kesempatan untuk bersenang-senang. Maka bagi golongan ini kesenangan duniawi adalah tujuan utama yang dicari-cari.

Saudaraku -semoga Allah merahmatimu- kehidupan ini adalah sebuah kesempatan yang sangat berharga untuk kita. Jangan sampai kita sia-siakan kehidupan di dunia ini untuk sesuatu yang tidak jelas dan akan sirna. Kenikmatan dunia ini pun kalau mau kita pikirkan dengan baik, maka tidaklah lama. Sebentar saja, bukankah demikian? Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Seolah-olah tatkala  melihat hari kiamat itu, mereka tidaklah hidup (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di waktu siang atau sesaat di waktu dhuha.” (QS. an-Nazi’at: 46)

Lalu apa yang harus kita lakukan di dunia ini? Sebuah pertanyaan menarik. Sebuah pertanyaan yang akan kita temukan jawabannya di dalam al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56). Jangan salah paham dulu… Jangan dikira bahwa itu artinya setiap detik kita harus berada di masjid, atau setiap detik kita harus membaca al-Qur’an, atau setiap hari kita harus berpuasa, sama sekali bukan demikian… Ibadah, mencakup segala ucapan dan perbuatan yang dicintai oleh Allah. Allah tidak menghendaki kita setiap detik berada di masjid. Allah juga tidak menghendaki kita setiap detik membaca al-Qur’an. Semua ibadah itu ada waktunya. Yang terpenting bagi kita adalah melakukan apa yang Allah cintai bagaimana pun keadaan kita dan di mana pun kita berada.

Di antara perkara yang dituntut pada diri kita adalah senantiasa mengingat Allah, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang banyak berdzikir dan mengingat Allah dalam segala kondisi. Ibnu Taimiyah pernah mengungkapkan, “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan. Lantas apa yang akan terjadi pada seekor ikan jika ia dikeluarkan dari air?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan mengatakan, “Perumpamaan orang yang mengingat Allah dengan orang yang tidak mengingat Allah adalah seperti perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhari)

Dengan mengingat Allah, maka kita akan berhati-hati dalam menjalani hidup ini. Karena Allah senantiasa mengawasi kita dan mengetahui apa yang kita ucapkan, apa yang kita lakukan, di mana pun dan kapan pun. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya perkara sekecil apapun. Inilah yang semestinya senantiasa kita tanamkan di dalam hati kita. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamberpesan, “Bertakwalah kepada Allah dimana pun kamu berada.” (HR. Tirmidzi). Kita harus bertakwa kepada Allah baik ketika berada di rumah, di jalan, di kampus, di pasar atau di mana pun kita berada, ketika bersama orang maupun ketika bersendirian.

Menjadi orang yang bertakwa itu bagaimana? Saudaraku -semoga Allah menunjuki kita- ketakwaan itu akan diraih manakala kita senantiasa mengingat adanya hari pembalasan dan bersiap-siap untuk menghadapinya dengan menjalankan ajaran-ajaran-Nya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu bahwa takwa adalah, “Rasa takut kepada Allah, beramal dengan wahyu yang diturunkan, dan bersiap-siap menyambut hari kiamat.” Allahu a’lam.
--------------------
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel Muslim.Or.Id

SWITER (Studi Wisata Islam Terpadu)

'Bismillahirrahmanirrahim'

LDK Al Azzam 
mempersembahkan :


"SWITER 2013, Studi Wisata Islam Terpadu"
15-17 November 2013 
Tempat : 
Ar-Rahman Quranic College
Puncak, Mega Mendung, Jawa Barat

Acara :
Waterfall Adventure
Outbond
Muhasabah
Training Motivasi
dan masih banyak acara lainnya :D






Ayo daftarkan diri kamu segera untuk IKUT dalam acara SWITER, karena banyak acara-acara menarik yang akan dilakukan disana. Pendaftaran dapat dilakukan di stand depan lift unit 6 univ. Budi Luhur atau untuk lebih jelasnya bisa menghubungi :
CP : 
- 085692439247 (Farid)
- 085711623646 (Dwi)

Terimakasih
____________________

Karena KITA bersaudara. . .


Sabtu, 19 Oktober 2013

7 Hikmah dan Keutamaan Qurban 'Idul Adha

Sebentar lagi kita akan kedatangan tamu istimewa, Hari Raya ‘Idul Adha, dimana di hari itu dan hari tasyrik dilakukan penyembelihan hewan qurba. Jika Anda belum memutuskan untuk berkurban tahun ini, ada baiknya Anda menyimak hikmah dan keutamaan qurban pada hari-hari tersebut:

1. Kebaikan dari setiap helai bulu hewan kurban

Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah]

2. Berkurban adalah ciri keislaman seseorang

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

3. Ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah

Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” [HR. Ibn Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib]

4. Berkurban membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa

“Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” [HR. Muslim]

5. Berkurban adalah ibadah yang paling utama

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” [Qur’an Surat Al An’am : 162]

Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat…”

6. Berkurban adalah sebagian dari syiar agama Islam

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [Qur’an Surat Al Hajj : 34]

7. Mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Qur’an Surat Ash Shaffat : 102 - 107]

source : www.fimadani.com